masai-land-rover.com – Kabupaten Klungkung, Bali, mengalami lonjakan kasus demam berdarah dengue (DBD), dengan RSUD Klungkung mencatat 37 pasien dirawat inap karena DBD hanya dalam satu minggu terakhir. Data yang dihimpun oleh unit surveilans rumah sakit menandakan situasi yang mendesak untuk peningkatan efektivitas dalam pencegahan dan penanganan kasus DBD.
Pasien DBD dari Berbagai Daerah Dirujuk ke RSUD Klungkung
I Gusti Putu Widiyasa, Humas RSUD Klungkung, mengungkapkan bahwa rumah sakit telah menerima pasien dari rujukan puskesmas di daratan Klungkung, Nusa Penida, hingga dari luar kabupaten. Sebagian besar pasien DBD masuk melalui Instalasi Gawat Darurat dan rawat jalan pada tanggal 9 dan 10 April, menurut keterangan Gusti Putu.
Distribusi Kasus DBD Meliputi Semua Usia
Dari jumlah pasien yang masih menjalani perawatan, terdapat 17 anak-anak dan 20 dewasa, menunjukkan bahwa DBD mempengaruhi beragam segmen usia. Penyebaran kasus tidak terbatas pada satu desa tetapi merata di setiap kecamatan, dengan pasien masuk ke rumah sakit pada periode 7-11 April 2024.
Hubungan Iklim dan Kebersihan Lingkungan dengan DBD
Gusti Putu juga menyoroti bahwa peningkatan kasus biasanya terjadi setelah periode hujan diikuti cuaca panas, yang menandakan adanya korelasi antara fluktuasi cuaca dan kebersihan lingkungan dengan munculnya kasus DBD.
Durasi Rawat Inap dan Tren Kasus DBD
Pasien dengan DBD umumnya membutuhkan rawat inap selama satu minggu. Namun, bagi mereka yang kondisinya lebih serius atau memiliki komorbiditas, durasi perawatan bisa meningkat hingga dua minggu. Tren kasus DBD di RSUD Klungkung menunjukkan peningkatan yang konsisten dari bulan Januari hingga April 2024.
Tindakan Dinas Kesehatan dan Peran Aktif Masyarakat
I Gusti Ratna Dwijayanti, Kepala Dinas Kesehatan Klungkung, mengakui adanya kenaikan kasus yang cukup signifikan dan menegaskan bahwa telah dilakukan penebaran bubuk Abate sebagai upaya pencegahan. Lebih jauh, beliau menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan untuk mengontrol penyebaran DBD, yang merupakan penyakit dengan risiko tinggi.